Mendarah - Nadin Amizah: Lagu tentang Rindu yang Mendarah Daging dan Kesunyian yang Mengakar



Musik adalah bahasa yang menjembatani perasaan yang mungkin tak pernah terucap. Melalui nada dan liriknya, seorang musisi bisa menghidupkan kenangan, merajut luka, atau bahkan mengantar kita menyelami makna kehilangan. Salah satu solois muda Indonesia, Nadin Amizah, menyampaikan semua itu dalam lagu Mendarah, sebuah lagu yang hadir penuh perasaan dan kesedihan. Mendarah dari album Selamat Ulang Tahun mengalir bagaikan puisi yang mengenang, melibatkan rasa kehilangan, rindu, dan perasaan tersembunyi.

Menyusuri Lirik yang Menggugah

Pada penggalan pertama, lirik Mendarah seperti membuka pintu bagi pendengarnya untuk memahami kehidupan yang jauh dari kesempurnaan. Seperti dalam baris:

“Bagaikan jiwa yang terpisah, mati enggan, hidup pun susah. Jiwanya 'tlah lama direnggut waktu.”

Membaca lirik ini, terbayang perasaan rindu yang tak pernah selesai, seolah hidup hanya tersisa raganya, sementara hatinya sudah lama pergi bersama kenangan. Rasa ini seperti akar yang menghujam, tertancap dalam, namun terasa hampa. Analogi ini mengingatkan kita pada pohon yang kuat namun kehilangan kesuburannya. Hatinya “direnggut waktu” seakan menandakan rindu yang bertahan, sekeras apapun usaha untuk melupakannya.

Menurut wawancara dengan Nadin, lagu ini memang tercipta dari perasaan mendalam akan seseorang yang sudah tidak lagi bersamanya, namun masih hidup dalam doa dan ingatanah yang Berbeda: Metafora Kehilangan

Lirik berikutnya mungkin adalah yang paling menyentuh:

“Ini cerita tentang rumah yang berbeda, dan berjarak jauh, hanya tersentuh dalam jarak doa.”

Di sini, “rumah” bukan hanya berarti tempat tinggal, melainkan juga menggambarkan sosok seseorang yang pernah menjadi bagian dari diri kita. Ada jarak yang tidak lagi bisa dijangkau oleh langkah fisik, melainkan hanya melalui doa dan keheningan. Ini adalah penggambaran yang begitu halus tentang perpisahan; orang tersebut tetap ada, namun di “rumah” yang berbeda, dan kita hanya bisa mendoakannya dari kejauhan.

Mendarah: Rindu yang Mengakar Kuat

Penggunaan kata mendarah dalam lirik ini memiliki makna yang mendalam. “Mendarah daging” adalah sebuah ungkapan yang sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang telah menyatu, tertanam dalam diri seseorang. Dalam lagu ini, rindu tersebut digambarkan bukan hanya sebagai sebuah perasaan sementara, melainkan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya.

“Ragaku ada di sini, tapi hatiku bersamamu. Bukan maaf yang kuminta, tapi peluk yang kulupa.”

Kutipan ini menggambarkan kehadiran yang tidak sepenuhnya ada, seperti bayangan yang tampak namun tak bisa disentuh. Bukan maaf atau kata-kata yang dicari, tetapi kehangatan, pelukan, dan perasaan nyaman yang pernah ada.

Fakta di Balik Mendarah

Dalam wawancaranya, Nadin menjelaskan bahwa Mendarah adalah lagu yang didedikasikan untuk seseorang yang pernah sangat berarti dalam hidupnya. Ia tidak menyebutkan sosok ini secara langsung, mungkin karena baginya penting bagi pendengar untuk merasa terhubung tanpa mengaitkannya dengan satu orang saja .

Menuragu ini bukan hanya tentang kehilangan seseorang yang berjarak, melainkan tentang menghidupi kenangan yang “mendarah daging” di hati. “Ada di jarak yang jauh dalam ruang dan waktu,” ujar Nadin, seolah menegaskan bahwa perasaan tersebut mungkin tak akan pernah hilang, meski fisiknya tak lagi bisa merasakan kehadiran yang sama.

Analogi Kehilangan: Rasa yang Tertinggal dalam Kesunyian

Dalam diam kan kubawa, mendarat.

Pada akhirnya, lirik ini mengandung doa yang halus namun menusuk. Dalam keheningan, setiap kenangan dan perasaan yang tak tersampaikan hanya bisa dipendam dalam diri. Ini adalah lagu yang meresapi perasaan sunyi, penuh harap, dan rindu yang tak pernah bisa dihapuskan sepenuhnya.

Menggambarkan perasaan seperti ini tidaklah mudah, namun melalui Mendarah, Nadin berhasil menghadirkan lagu yang tidak hanya menjadi suara bagi rasa kehilangan, tetapi juga menjadi teman bagi pendengarnya yang mungkin merasakan hal serupa. Melalui analogi rumah yang berbeda, pelukan yang tak pernah terlupa, serta rasa yang terus mengakar, lagu ini menghadirkan ruang untuk memahami bahwa terkadang, rindu memang harus dibawa dalam diam, dan hanya bisa diterjemahkan melalui doa dan kenangan.


Mendarah bukan hanya lagu bagi Nadin Amizah; ia adalah perjalanan jiwa, sebuah prosa yang bernyanyi tentang hidup yang penuh perpisahan dan pengharapan yang tersimpan.

Post a Comment

0 Comments