"Kekal" oleh Nadin Amizah: Kisah Cinta Abadi di Tengah Ketidaksempurnaan

Nadin Amizah kembali menyapa para pendengarnya dengan karya yang menyentuh hati, kali ini lewat lagu berjudul "Kekal". Lagu ini masuk dalam album bertajuk "Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya"—sebuah perjalanan yang tidak hanya merayakan cinta tetapi juga menggambarkan kompleksitas kehidupan. Dengan suara lembut dan lirik yang dalam, Nadin membawa pendengar ke dalam ruang di mana waktu, ketidaksempurnaan, dan rasa sayang berbaur menjadi satu kesatuan yang abadi.

Menghadapi Kekal: Perjalanan Menuju Abadi yang Tidak Sempurna

Nadin mengawali liriknya dengan baris penuh makna: “Di antara kita dan semua yang berpasangan, jalan di utara dan tujuan yang berdampingan.” Di sini, ia menggambarkan cinta sebagai perjalanan dua arah—sebuah jalan di mana setiap pasangan saling melengkapi dan menemani. Meskipun jalan yang mereka tempuh bisa saja penuh rintangan, mereka tetap saling beriringan, menyatu dalam perjalanan menuju keabadian.

Bagaikan dua jiwa yang saling terikat oleh takdir, hubungan ini tidak selalu mulus atau mudah. Ada proses, ada akhir yang mungkin harus dihadapi. Dalam lirik “Diperjumpakan dengan akhir dan kerampungan, kita akan usai dan menyambut garis selesai,” Nadin menyiratkan bahwa bahkan cinta yang kekal tidak terhindar dari ancaman perpisahan. Namun, cinta sejati tidak akan berakhir begitu saja; ia akan tetap hidup, kembali menguat dan memperbaharui dirinya. Mungkin inilah pesan tersirat Nadin bahwa cinta kekal tidak perlu sempurna—ia hanya perlu bertahan.

Simbol Tawa yang Tak Pernah Selesai

Lirik yang paling menonjol dalam lagu "Kekal" adalah bagian chorus: “Bagaikan tawa yang tak selesai dan terulang-ulang.” Nadin menggunakan analogi yang unik ini untuk menggambarkan perasaan cinta yang terus ada, tawa yang menjadi lambang kebahagiaan abadi. Meskipun tawa mungkin sesekali terputus, ia akan selalu menemukan jalan untuk kembali, mengisi kekosongan dengan keceriaan yang sama.

Lagu ini bukan hanya tentang tawa yang sekadar berulang, tetapi tentang tawa yang selalu kembali, yang tidak pernah benar-benar pergi. Ini seakan menegaskan bahwa cinta sejati tidak akan pernah usai; ia selalu bisa terlahir kembali, menghadirkan rasa hangat yang tak lekang oleh waktu. Seperti yang diungkapkan Nadin dalam setiap barisnya, ia menunjukkan bahwa cinta kekal adalah perasaan yang hidup dalam diri kita, hadir di antara kita dan pasangan kita, meski dihadapkan pada tantangan berulang kali.

Cinta dan Pengembalian: Perjalanan dari Kerusakan Menuju Penyembuhan

Di bagian lirik lain, Nadin meresapi makna cinta yang penuh pengorbanan: “Di kekalanmu dan aku telah saksikan, yang telah hancur pelan-pelan kau kembalikan, padaku.” Ia menyampaikan bahwa cinta yang kekal adalah cinta yang bisa memperbaiki, yang bisa mengembalikan hal-hal yang mungkin sempat rapuh dan hancur. Dalam cinta, tidak ada yang benar-benar berakhir; yang rusak bisa disembuhkan, dan yang hilang bisa ditemukan kembali.

Hubungan yang digambarkan Nadin dalam "Kekal" tidak semata-mata tentang kebahagiaan yang konstan, tetapi juga tentang bagaimana pasangan saling mendukung dan membangun kembali apa yang mungkin sempat retak. Ketika ada yang hancur, cinta sejati selalu memiliki kekuatan untuk memperbaikinya. Nadin menekankan bahwa ketangguhan cinta muncul dari ketulusan untuk selalu kembali, untuk merangkai kepingan yang pernah berserakan.

Cinta yang Memeluk Seluruh Jiwa

Lagu ini diakhiri dengan lirik yang penuh kehangatan dan kerinduan: “Yang memeluk raga kecilku, yang menyayangi kecilku, yang memeluk jiwa kecilku, dan semua-semua aku.” Di sini, Nadin menggambarkan cinta yang melampaui batas fisik. Ini adalah cinta yang tidak hanya menyentuh raganya tetapi juga jiwanya yang paling dalam. Setiap pelukan dan kasih sayang adalah bentuk penerimaan total, merangkul semua sisi dirinya, baik yang indah maupun yang terluka.

Cinta dalam "Kekal" adalah cinta yang tak mengenal batas. Cinta ini menerima seseorang apa adanya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Ia adalah pelukan hangat yang tidak hanya menenangkan fisik tetapi juga membalut hati, seakan memastikan bahwa yang bersamanya tidak pernah merasa sendiri.

Menembus Waktu: Kisah yang Menginspirasi

“Kekal” adalah gambaran dari cinta yang mungkin jarang kita temui dalam kehidupan nyata, namun selalu kita impikan. Nadin mengingatkan bahwa cinta bukan soal memiliki, tetapi soal merawat, memeluk, dan menerima segala yang ada. Meski dunia bisa saja tidak selalu berpihak pada cinta seperti ini, ia tetap akan bertahan—bagaikan tawa yang tak pernah benar-benar selesai.

Lewat lirik yang mendalam dan nada yang tenang, Nadin mengajak kita untuk memahami bahwa cinta kekal bukanlah kisah tentang kesempurnaan, tetapi tentang menerima ketidaksempurnaan, dan tetap memilih untuk mencintai dengan sepenuh hati. Inilah esensi cinta sejati yang tak lekang oleh waktu, yang menginspirasi kita untuk terus mempertahankannya meski dunia mungkin tidak selalu memahami.

Dengan “Kekal”, Nadin Amizah memberikan kita sebuah karya yang tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga mengingatkan bahwa dalam cinta sejati, akan selalu ada ruang untuk kembali dan memulai dari awal. Cinta sejati adalah cinta yang selalu bertahan, dalam suka maupun duka, dalam kekuatan maupun kelemahan, dan dalam segala yang tak sempurna di antara keduanya.

Post a Comment

0 Comments